The Cold Wind

Pic by: DarkJade


















Walking in the dead of night,
The silence is deafening,
Whispers howled and growled,
Making such frightening sound,
Your ears wandered around,
Searching for a glimpse of shadow,
You see everything,
but there was nothing.

Your bones ached,
and your skin burned,
The unseen being, teasing and laughing,
Making fun of your presence,
Pushing you back and forth,
Until you stumbled on your feet.
You hear everything,
but there was nothing.

Iera Stilinski

Kapal Layar

Row, row, row you boat gently down the stream.
















Lantang suaramu menjerit,
Mencari satu ruang suram,
Gema bertaburan dikala engkau diam.
Wajahmu terlihat perit,
Tiada jiwa dapat menangkap,
Walau seribu tahun menatap.
Gelap, sunyi tiada bayang,
Menjadi epitome satu kekesalan,
Yang tidak mungkin dapat tertahan.
Minda ligat mencari dalang,
Tatkala kapal hampir menjunam,
Layar-layar dicarik, laut dalam.
Tercari-cari pasir yang hangat,
Wujud hanya dalam minda yang penat,
Namun akhirnya kau lepaskan,
Segala kekesalan, segala rintihan.

Iera Stilinski

Siapa Kata?

Pic by: beyondimpression





















Siapa kata aku tak peduli?
Kalau engkau ada hati seperti aku,
Mungkin engkau juga akan jatuh.

Siapa kata mindaku kosong?
Teroka ke dalam kotak tinggi,
Kau akan lihat kecelaruan.

Siapa kata jiwaku berubah-ubah?
Tetap juga ia inginkan sesuatu,
Patutkah aku lupakan saja?

Siapa kata aku lemah?
Dalam minda aku menolak gunung,
meredah lautan, menggenggam bintang.

Siapa kata?
Siapa kata?

Iera Stilinski

Memori

Picture by: tayfunes





















Kalau aku pergi, 
memoriku pada siapa?
Kalau aku tiada, 
rindu kepunyaan siapa?
Kalau aku tak wujud, 
adakah mimpi tentangku ada?
Alangkah malang, 
jika aku disingkirkan,
dipadamkan, 
dihapuskan dari memori.
Setiap atom dalam diri 
menggelegak mencari peneman.
Walau hanya untuk sehari.

Iera Stilinski

Ini Bukan Puisi

Normal















Assalamualaikum.

Lama sudah tidak berbicara. Melontar kata-kata konon berseni.
Alasannya sibuk. Cliche bukan?

Tapi alasan tu tak boleh diguna pakai lagi.
Walau sesibuk mana dulu, masa pasti kucuri untuk bermonolog.

Mungkin juga aku dah berkarat. TT
Tapi aku tak mahu gunakan alasan tu atas dasar maruah.

Merepek. Nice.
Kbai.

P/s: Ini bukan puisi.

All I Want Was to Fall Back Down to Sleep

I lay down with a broken heart in my bed for it could not take the truth it so dread my eyes w e re wide open but truly I am blind, and now ...